Selasa, 13 Maret 2012

Jumat, 09 Maret 2012

OTAMEGANE


“OTAMEGANE”


Setiap orang di dunia ini pasti memiliki tujuan dalam hidupnya. Untuk mencapai tujuan tersebut mereka memiliki target. Kali ini yang menjadi targetku adalah Andelline. Gadis berambut panjang berponi. Kami belum saling mengenal. Perlahan-lahan aku dekati dia hingga akhirnya... Dipipinya yang kemerahan, mengalir tetesan air yang tak hentinya dari kedua bola matanya yang indah. Dengan menundukkan kepalanya Andelline mengatakan " A..aku.. aku cinta kamu". Dia menyatakan cinta padaku! Hahaha, itulah tujuanku dari awal. Menakluklan semua wanita.

            Dengan keberhasilanku kali ini, aku telah menaklukkan 10.000 tokoh gadis dalam game berbeda. Tidak ada satupun game berpacaran yang tidak dapatku taklukkan. Aku adalah seorang jenius sekaligus dewa. Dewa penakluk. hahaha
            "Apakah kau menikmati game-mu, Phaza?" ucap seorang wanita yang tiba-tiba mengagetkanku. Itu Bu Dinda, guru Matematika yang terkenal sebagai guru terdisiplin di sekolahku.
            "Apa lagi yang lebih menyenangkan dibanding pelajaran dari guru pembimbingmu, hmm?" Tanya guru itu dengan senyuman yang licik, selicik rubah betina (menurutku).
            "hmm, aku telah membandingkan pelajaran anda dengan semua games yang telahku mainkan" jawabku sambil memegang kacamata yang kugunakan. "ada 5113 judul games yang lebih menyenangkan dibanding pelajaran anda. ada 13 games yang ceritanya hampir sama dan ada 1 games yang lebih membosankan dibanding pelajaran anda" terangku
            "hmm, baiklah. Lalu apa judul dari game yang membosankan itu"
            "maaf bu. Tapi anda dapat menunggu hingga saya mencapai tingkat aman. " jawabku sambil terus memainkan PSPku.
***

            "Ahh sial!” umpatku sambil memegangi pantat dan kakiku yang kesakitan karena dipukuli dengan tongkat kecil milik bu Dinda. Guru macam apa sih yang tega menganiaya muridnya, lalu menghukumnya dengan keluar dari kelas. Padahal ini hampir jam pulang sekolah. Hmm, namaku Phaza Alexander dipanggil Pas oleh kawan-kawan bahkan, mereka juga memanggilku Otamegane. Nama itu adalah gabungan dari kata "otaku" dan "megane" sebuah julukan berbahasa Jepang. Otaku adalah seorang maniak game dan anime (kartun jepang) sedangkan megane adalah sebutan untuk orang berkacamata dan yang dianggap tidak memiliki daya tarik. Dasar! Saat ini aku duduk dikelas XI IPA 1 di salah satu SMA bertaraf internasional di ibukota. Usiaku 17 tahun, tinggi 173cm, berat 52kg. Keahlianku di mata pelajaran sains (ipa & matematika), bahasa Inggris dan Jepang, kesenian dan ilmu sosial. Aku sangat tertarik pada WANITA! Bukankah itu wajar dalam usiaku saat ini. Namun..

            "OTAMEGANE!!!!!" panggil seorang cewek yang berlari-lari di koridor sekolah  dengan suara yang menggelegar. Mungkin saja suaranya dapat terdengar hingga seisi sekolah ini. "Siapa wanita gila itu?" gumamku. Aku tak dapat melihat wajahnya dengan jelas dari kejauhan. BRRRUKKKK! Sial, gadis itu menabrakku. Hmm aku yang masih memuat kejaian ini merasakan hal yang janggal. Ditanganku tidak ada benda itu. Argh tidak!! PSPku terjatuh.
            "Maaf, maaf. Aku berlari terlalu kencang hingga tak dapat menghentikannya. Hehehe." Ucap gadis itu dengan tampang tak bersalah. Dia Elsie, teman sekelasku sekaligus anak klub lari disekolah. Payah, ketika aku melihatnya, pikiranku jauh dari kata “cewek” menurutku cewek bukanlah seseorang seperti dia. Tomboi, pemarah, cerewet.
            "Hei kau otamegane." Panggilnya.
"Bisakah kau membersihkan kelas? Bukankah sekarang giliran kita membersihkan kelas. Aku sangat sibuk, tidak sepertimu."
            "Kau bilang aku tidak sibuk?"
            "Hahaaha, jabwalku terpenuhi dengan aktivitas diklub"
            "Dasar, jangan menggangguku. Aku sedang sibuk. Aku pasti menolak!
Namun hal itu sia-sia cewek itu menghilang, dia hanya meninggalkan sapu. Dasar. Selalu saja dia mengganggu dan menggodaku bahkan meminta bantuan disaat yang sama.
***

            Akhirnya aku terpaksa membersihkan kelas. Menyapu, menghapus papan tulis, merapikan meja dan kursi. Sial! Sungguh gadis yang menjengkelkan. Seharusnya dia belajar dari karakter wanita di game yang sempurna dan cantik itu. Aku, Phaza Alexander hanya tertarik pada cewek di games. kenyataan, menurutku hanyalah game menyebalkan.
            "Kak, kau tidak pulang?" tanya seseorang dari balik pintu kelas. "tentu saja pulang. Tunggu" jawabku agak lama, karena saat itu aku masih membalas e-mail dari teman-teman sesama pemain game. Tadi itu adalah adikku, kelas XB namanya Joice. Hobinya tak jauh beda dariku, yaitu bermain game. Hanya saja dia juga menyukai olahraga tapi aku tidak. Bahkan saat itu, aku pernah pingsan karena harus lari mengitari lapangan 10 kali, baru 1 putaran saja aku sudah payah. Memalukan.
***

            Malam hari sekitar pukul 8 malam, seusai makan malam aku langsung masuk kamar. Memainkan gameku, kebetulan tadi aku sempat membeli video game baru. Tiba-tiba, adikku langsung merebahkan dirinya dikasurku sambil membawa kira-kira 10 komik. “Kak, apa asyiknya main game kayak gitu?” Ucapnya tiba-tiba “Mendingan kakak pacaran tuh, nge-date sama kak Elsie. Bukannya kakak suka sama dia?”

“Sok tahu kamu, Joice. Kamu sendiri tahukan dia cewek macam apa? Sama sekali bukan tipeku, belum lagi dia juga cewek yang menyebalkan.” Belaku.
            “Bukannya dari dulu kakak selalu bertengkar dengan dia?”
            “memangnya bertengkar itu tanda saling suka apa?” jawabku sambil tetap memainkan game.
“hah, lihat saja. Suatu hari nanti, kakak pasti akan menyukai dia. Dan tentunya.... jadian. Hahahahaha”
            “tidak mungkin, diamlah. Aku belum sampai di lifepoint”
***

            Hari ini jam pulang sekolah, aku dan adikku berjalan melewati lapangan. Disana kami melihat Elsie dkk sedang berlatih. “Kak, apa sih yang membuat kakak tidak menyukai dia? Bukankah lebih baik kenyataan daripada game” ucap adikku membuka topik pembicaraan. “dasar anak kecil, kau masih belum tahu ya?. Jangan pernah samakan  gadis-gadis cantik dalam game dengan dunia nyata. Itu adalah penghinaan bagi game.” Belaku.
            “lalu, apa bagusnya?”
            “apa kau tidak sadar? Mereka itu latihan tapi tidak serius. Harusnya saat mereka latihan dan menyebut diri mereka tim pelari mereka mengikat rambut mereka. Tapi coba lihat? Tidak ada satupin yang mengikat rambut mereka, padahal itu adalah hal yang meyakinkanku.”
Adikku mencoba mencerna kata-kataku. Sulit mungkin bagi dia yang bukan gamer sepertiku.
            “ahhhh!” adikku tiba-tiba berteriak dan kaget. Coba lihat, Kak Elsie mengikat rambutnya. Kurang apa lagi?”
            “i..i..itu kebetulan bodoh!” Aku jadi kesal pada adikku, “ayo pulang.” Ucapku agak kasar.
***

            Aneh, dia terlihat sangat cantik walau hanya mengikat rambutnya. Sejak awal aku memang sering memperhatikannya, tapi bukan karena aku suka dia. Aku tidak suka, yang aku suka hanya game. Game dan hanya game. Tapi.. ahhhh apa ini? Dalam kasus game yang aku tahu ini berarti tokoh tersebut sedang dilanda cinta. Tidak. Aku tidak mau menghianati game-gameku. Tapi, perasaan bodoh ini rasanya semakin menggila. Tunggu dulu, lalu bagaimana ini. Bahkan sebelumnya aku sama sekali tidak pernah berkata sepatah katapun pada seorang gadis. Lalu, bagaimana bisa aku menyampaikan hal ini pada cewek menyebalkan itu. Otakku rasanya sangat berat. Aku berusah mencari jawaban dan akhirnya satu yang terlintas dalam pikiranku, Joibe. Dia sudah memiliki pacar dan pasti lebih berpengalaman dalam dunia nyata. Baiklah. Aku pun memantapkan diriku. Aku mendeklarasikan hal ini baik-baik kedalam otakku. Aku menyukai wanita cerewet dan menyebalkan itu. Bagaimana tidak, selama setahun lebih dengan dia, dia telah membuat hariku berbeda.

            “kak....” panggil adikku.
            “ada apa?”
            “game over tuh?” tunjuk adikku pada monitor.
            “ahhh kehancuran...... baahaaayaa.” Teriakku frustasi.
Nampaknya adikku dapat membaca gelagatku yang aneh selama seminggu ini. Akhirnya aku pun membuka diri dan menceritakan perihal masalahku padanya.
“Lalu bagaimana?”
            “Mari kita buat spanduk untuk mendukung kak Elsie, kak?” ajak adikku. “setuju” jawabku. Cerdas juga adikku. Tapi tentunya aku lebih cerdas. Hehehe
***

            Keesokan harinya aku dan Joice melaksanakan misi pertama kami. Memasang spanduk untuk menyemangati Elsie.
            “El-sie se-ma-ngat! Ka-mu pas-ti bi-sa” Eja seseorang. “Hey Elsie, coba lihat itu” sambungnya lagi sambil menunjuk kearah utara lapangan. Ini dia yang kutunggu-tunggu. Aku ingin tahu bagaimana reaksi Elsie saat melihat ini. Dan.. inilah hasilnya. Tuuuiiiinggggg... Brukkkk. aku terpental jauh dari lapangan karena tendangan harimau dari Elsie dan terjatuh di lapangan tanah yang kasar.
            “Ugh, kenapa aku diperlakukan seperti ini?” ucapku dengan setengah nyawa melayang diudara.
            “Bodoh, untuk apa kau memasang spanduk memalukan seperti ini hah?” bentak Elsie dengan berkaca pinggang.
            “aku menyemangatimu karena kompetisi hampir dekat” jawabku memelas. Saat itu juga aku merasakan hawa pembunuh di dekatku. Hal itu membuat bulu kudukku merinding tentunya. Hmmm, benar juga firasatku. Elsie yang marah langsung mencekik leherku dengan handuknya. Matanya menjadi kebiru-biruhan dan mengeluarkan kilat, seperti karakter Dark Knight game di Lost saga. Menyeramkan.
“Apa ini pembalasan darimu karena aku menyuruhmu mengerjakan tugas piket sendirian.”
Ugh, aku tidak dapat menjawab. Raut wajahku langsung merah. Aku nyaris mati karena tidak bisa bernapas. Setelah puas, Elsie langsung meninggalkanku. Tentunya masih dengan menggerutu tak jelas. Aku sendiri masih terkapar di tanah. Ahh rasanya iblis dari neraka sudah tidak ada lagi. Lega. Tapi tetap saja badanku sakit semua.
            “Kak, apakah kau masih hidup? Kak, kakak sadar!”
            “Tenang masih ada nyawaku yang tersisa.”
            “Bagaimana ini, dia nampaknya marah.”
            “Tidak. Mulai sekarang aku harus menambah waktu pertemuan kami. Seperti dalam game, kekuatan sebuah hubungan sebanding dengan jumlah pertemuan. Oleh karena itu setelah membuat pertemuan pertama, aku harus terus menyirami bunga sehingga bunga itu dapat mekar dan disanalah cinta akan bermekaran.” Jelasku panjang lebar.
            “Ehh, baiklah.” Jawab adikku.
            Begitulah usahaku setiap harinya. Memasang spanduk untuk mendukung Elsie. Namun tanggapan darinya tetap. Hari kedua response gadis itu “Hei kenapa kau disini! Berhenti memasang spanduk itu.” Hari ketiga “Idiot! Hentikan hal memalukan itu.” Hari keempat “cuek saja. Anggap tidak ada apa-apa.”
***

            Arghh! Susah sekali. Kenyataan ini seperti game level tersulit dari semua game yang sulit. Anggap saja game ini adalah level khusus untuk dewa, sebuah cobaan yang paling sulit. Bahkan dapat membuat dewa itu kehilangan kekuatannya.   Kenapa sih? Padahal dalam game, aku bisa mengendalikan semua pemain. Mengatur bagaimana awal dan akhir dari game yang aku mainkan. Tapi disini. Semua teori game yang aku miliki kadang meleset.
            “Kak, bagaimana ini? Sepertinya Elsie makin membencimu tuh.”
            “kau tidak perlu pikir kan itu. Tenang saja” ucapku santai. Tapi sebenarnya aku bingung. Bahkan peluang dia membenciku 95%. Ahhhh.. menyebalkan. Bagaimana ini. Tidak ada menyimpan, tidak bisa me-loading, tidak bisa nge-cheat.

            “Hey junior!” suara itu langsung mengagetkanku, meski itu bukan panggilan untukku. Padahal aku tahu dilapangan ini memang banyak anak-anak klub yang latihan untuk kompetisi yang tinggal dua hari lagi.
            “Eh senior. Se.. selamat sore” sapa Elsie
            “Apa kah tahu apa kedudukanmu disini? Kau hanya junior.” Kata seorang senoir. Kedua teman yang saat itu bersamanya juga menatap Elsie dengan tatapan yang tidak mengenakkan.
            “Baikklah lalu apa yang senior inginkan? Kita tidak ada waktu lagi untuk latihan. Kita tidak boleh membuang waktu sia-sia.” Jawab Elsie penuh semangat.
            “kami hanya mengingatkan kau saja. Kami ini senior. Kamilah yang harus menjadi juara dikompetisi ini”
“Senior boleh memberiku hukuman, tappi tolong jangan membuang-buang waktu”
            “Lari 10 putaran!” suruh seorang senior.
Disana aku melihat hal lain dari Elsie. Ternyata meski cerewet dia sangat menghargai waktu. Joice juga sempat bercakap denganku, katanya mereka adalah senior yang mengerikan. Haha dasar. Itu tidak ada urusannya denganku. Aku tidak peduli.
***

            Hari ini adalah H-1 kompetisi. Nampaknya anak klub makin giat berlatih. Hari ini aku membawa parcel buah-buahan untuk Elsie. Dan aku uga menyiapkan satu kejutan lainnya.
            “Elsie, coba lihat keatas!” sahut seorang teman Elsie.
Dilangit kumpulan balon-balon warna merah bertebangan dilangit sambil membawa spanduk bertuliskan “ I Love U Elsie”. Haha itu trikku dengan Joice. Nampaknya trik ini mulai berjalan lancar. Dia nampak tersipu malu. Tapi tetap saja dia cerewet. Hahaahha dasar. Akhirnya pun mereka memulai latihan. Tapi ada yang aneh hari ini. Dia tidak mengikat rambutnya seperti biasa. Sudahlah tak perlu dipikirkan. Aku dan Joice lalu duduk-duduk dipinggri lapangan sambil membicarakan game Atlantica yang sedang kami mainkan saat ini. Setelah itu kami juga membahas Lost Saga dan beberapa game lainnya.

            Disela-sela kami berbincang kami mendengar suara ribut dari arah klub pelari. Kami segera berlari kesana. Kami melihat Elsie terjatuh. Dia menabrak rintangan. Beberapa senior dan teman-teman sempat bercakap. Sempat ku dengar mereka membicarakan hal aneh. Jarak rintangan satu dengan yang lain makin mendekat, sepertinya ada seseorang yang memindahkannya. Tak lama kemudian Elsie segera digotong ke UKS. Kakinya dibalut perban. Dia keseleo.
            “Sayang sekali kak. Padahal besok sudah perlombaannya. Kenapa hal ini terjadi ya? Kasihan seklai Elsie.” Ucap Joice. Haahh aku juga bingung. Aku mulai berpikir. Terluka, senoir, rintangan. Ahh. Aku tahu. Aku dapat melihat akhirnya!
            “Aku akan menembaknya sekarang.”
            “Hah? Apa mungkin pada saat seperti ini?”
            “Tenang saja. Aku sudah pernah melihat skenario seperti ini. Kita telah selesai 90%. Lihat saja kita pasti berhasil.
***

            Dihalaman sekolah, aku memandangi bulan purnama yang bersinar terang. Ditengah keasyikkanku itu aku seolah-olah melihat wajah gadis cerewet itu di bulan purnama. “OTAMEGANE!!!!!” suara itu. Bukankah itu suara Elsie. Dia berjalan menggunakan tongkat sambil mebawa parcel buah yang aku siapkan tadi siang. Raut mukanya tampak marah. Kemudian, dia melempari aku dengan buah apel. Untung aku berhasil menangkap buah-buah itu.
            “Bodoh. Apa maksudmu dengan parcel ini hah?!”
            “Aku bermaksud menyemangatimu untuk pertandingan besok.
            “Kau bodoh ya, apa kau tidak melihat kakiku!”
            “Kau tidak perlu membohongi dirimu. Kau yang biasanya berlari dengan kecepatan tinggi, tapi hari ini kau mengurangi kecepatanmu”                                                                                              
“A.. a.. apa maksudmu? Bagaimana kau bisa mengetahui hal itu?”                                             
“Kau tidak mengikat rambutmu tidak seperti biasanya. Dari awal kau memang merencanakan hal ini bukan? Aku tahu bahwa sebenarnya kau yang memindahkan rintangan itu.”
 Mendengar ucapanku barusan, Elsie mulai menitikkan air mata.sambil menganis dia berkata bahwa dia melakukan ini demi senior. Dia nampaknya menyerah. “Meski aku sudah berusaha keras, kecepatanku tidak pernah bertambah. Itu menyakitkan tahu!”
Ahh sial. Ini kali pertama aku melihatnyanya mengangis. Entah mengapa, dia menjadi lebih feminim saat ini. Elsie lalu mengambil secarik kertas yang ada didalam parcel. Disana dia juag melihat sepasang sepatu berwarna merah. Tangisannya mulai reda.
“Sepatu ini?”
“itu untukmu. Aku membelinya karena besok adalah harimu. Tunjukkan bahwa kau bisa. Tapi..” aku menghentikan ucapanku dan membuka kacamataku. “Jangan bersedih lagi’ kau sudah berusaha cukup keras. Itu sudah bagus. Yang terperting.... kau adalah gadis nomor satu dihatiku” ucapku sambil tersenyum. Ahh aku tidak sadar, tahu-tahu saja aku mengucapkan kata itu.
“Bodoh. Dasar OTAMEGANE bodoh.!” Bentak Elsie. Namun dia tersenyum. Dia berlari menuju aku, tongkatnya terlempar dia berlari  tanpa tongkat itu. Dia.. berlari dan jatuh kedalam pelukanku. “Bodoh. Kau itu bodoh.” Elsie tetap memelukku dan tersenyum.
“Baiklah, aku bodoh. Ayo pulang, aku akan mengantarmu. Besok kau harus berjuang.” Ucapku sambil mengelus rambutnya.
“Lalu, Joice?”
“Ahhh.. biar saja. Dia bisa pulang sendiri”
***

           Kompetisi hari ini dimulai. Elsie nampaknya sangat bersemangat. Aku dapat melihatnya dari kaca jendela kelas. Hasil pertandingan memang tidak sia-sia. Dia berhasil meraih juara pertama dalam kompetisi ini.
            “waaaaaaaaa~ Selamat ya Elsie atas kemenanganmu.” Sahut teman-teman sekelas.
            “Haahahaha, iya terimakasih kawan-kawan” ucap Elsie.
Saat itu aku memang tidak sedang berkumpul dengan anak-anak yang memberi semangat pada Elsie. Aku masih sibuk memainkan PSPku. Tidak lama setelah itu Elsie berjalan menuju  bangkuku.
            “Selamat atas kemenanganmu” ucapku datar.
            “Hehehehe, terimakasih”
            “Tapi, payah sekali. Ini baru pertama kalinya kau memperoleh kemenangan. Contoh aku. Aku berhasil menaklukkan 13.753 game saat ini.” Jawabku. Aku mencoba menyombongkan diriku sedikit. Hahah.. ehhhh,, aura apa ini? Menakutkan sekali.. ini.. Sepertinya aku tapu ini apa.
            “OTAMEGANEEEEE!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” bentak Elsie sambil menghantamkan tangannya ke arah meja. “Apa maksudmu menyombongkan hal seperti itu hah? Itu hanya game bodoh!”
            “Game ini lebih baik dari pada kau. Tidak cerewet dan berisik sepertimu.” Ahhh aura apa ini? Ini aura Dark Knignt itu lagi. Elsie langsung merebut PSPku dan membantingnya.
“Arrrghhh tidak PSPku.”
“hahhh.. bagaimana bisa aku berpacaran dengan orang sepertimu!”
“Salahmu mau denganku!”
Hahaha, beginilah akir kisahku. Sama saja tidak banyak yang berubah. Namun, kali ini aku mulai menyadari. Bahwa kenyataan lebih indah dibanding game. Sekarang ini, aku sudah memiliki gadis cerewet yang setia menemaniku. Mungkin saja kisah ini akan terus bertahan, bahkan hingga kami tidak dapat menikmati indahnya dunia ini. Hahahha.
*tamat*