“OTAMEGANE”
Setiap orang di dunia
ini pasti memiliki tujuan dalam hidupnya. Untuk mencapai tujuan tersebut mereka
memiliki target. Kali ini yang menjadi targetku adalah Andelline. Gadis
berambut panjang berponi. Kami belum saling mengenal. Perlahan-lahan aku dekati
dia hingga akhirnya... Dipipinya yang kemerahan, mengalir tetesan air yang tak
hentinya dari kedua bola matanya yang indah. Dengan menundukkan kepalanya
Andelline mengatakan " A..aku.. aku cinta kamu". Dia menyatakan cinta
padaku! Hahaha, itulah tujuanku dari awal. Menakluklan semua wanita.
Dengan
keberhasilanku kali ini, aku telah menaklukkan 10.000 tokoh gadis dalam game
berbeda. Tidak ada satupun game berpacaran yang tidak dapatku taklukkan. Aku
adalah seorang jenius sekaligus dewa. Dewa penakluk. hahaha
"Apakah
kau menikmati game-mu, Phaza?" ucap seorang wanita yang tiba-tiba
mengagetkanku. Itu Bu Dinda, guru Matematika yang terkenal sebagai guru
terdisiplin di sekolahku.
"Apa
lagi yang lebih menyenangkan dibanding pelajaran dari guru pembimbingmu,
hmm?" Tanya guru itu dengan senyuman yang licik, selicik rubah betina
(menurutku).
"hmm,
aku telah membandingkan pelajaran anda dengan semua games yang telahku
mainkan" jawabku sambil memegang kacamata yang kugunakan. "ada 5113
judul games yang lebih menyenangkan dibanding pelajaran anda. ada 13 games yang
ceritanya hampir sama dan ada 1 games yang lebih membosankan dibanding
pelajaran anda" terangku
"hmm,
baiklah. Lalu apa judul dari game yang membosankan itu"
"maaf
bu. Tapi anda dapat menunggu hingga saya mencapai tingkat aman. " jawabku
sambil terus memainkan PSPku.
***
"Ahh
sial!” umpatku sambil memegangi pantat dan kakiku yang kesakitan karena dipukuli
dengan tongkat kecil milik bu Dinda. Guru macam apa sih yang tega menganiaya
muridnya, lalu menghukumnya dengan keluar dari kelas. Padahal ini hampir jam
pulang sekolah. Hmm, namaku Phaza Alexander dipanggil Pas oleh kawan-kawan
bahkan, mereka juga memanggilku Otamegane. Nama itu adalah gabungan dari
kata "otaku" dan "megane" sebuah julukan
berbahasa Jepang. Otaku adalah seorang maniak game dan anime (kartun
jepang) sedangkan megane adalah sebutan untuk orang berkacamata dan yang
dianggap tidak memiliki daya tarik. Dasar! Saat ini aku duduk dikelas XI IPA 1
di salah satu SMA bertaraf internasional di ibukota. Usiaku 17 tahun, tinggi
173cm, berat 52kg. Keahlianku di mata pelajaran sains (ipa & matematika),
bahasa Inggris dan Jepang, kesenian dan ilmu sosial. Aku sangat tertarik pada
WANITA! Bukankah itu wajar dalam usiaku saat ini. Namun..
"OTAMEGANE!!!!!"
panggil seorang cewek yang berlari-lari di koridor sekolah dengan suara yang menggelegar. Mungkin saja
suaranya dapat terdengar hingga seisi sekolah ini. "Siapa wanita gila
itu?" gumamku. Aku tak dapat melihat wajahnya dengan jelas dari kejauhan.
BRRRUKKKK! Sial, gadis itu menabrakku. Hmm aku yang masih memuat kejaian ini merasakan
hal yang janggal. Ditanganku tidak ada benda itu. Argh tidak!! PSPku terjatuh.
"Maaf,
maaf. Aku berlari terlalu kencang hingga tak dapat menghentikannya. Hehehe."
Ucap gadis itu dengan tampang tak bersalah. Dia Elsie, teman sekelasku sekaligus
anak klub lari disekolah. Payah, ketika aku melihatnya, pikiranku jauh dari
kata “cewek” menurutku cewek bukanlah seseorang seperti dia. Tomboi, pemarah,
cerewet.
"Hei
kau otamegane." Panggilnya.
"Bisakah
kau membersihkan kelas? Bukankah sekarang giliran kita membersihkan kelas. Aku sangat
sibuk, tidak sepertimu."
"Kau
bilang aku tidak sibuk?"
"Hahaaha,
jabwalku terpenuhi dengan aktivitas diklub"
"Dasar,
jangan menggangguku. Aku sedang sibuk. Aku pasti menolak!
Namun hal itu sia-sia cewek itu menghilang, dia hanya
meninggalkan sapu. Dasar. Selalu saja dia mengganggu dan menggodaku bahkan meminta
bantuan disaat yang sama.
***
Akhirnya
aku terpaksa membersihkan kelas. Menyapu, menghapus papan tulis, merapikan meja
dan kursi. Sial! Sungguh gadis yang menjengkelkan. Seharusnya dia belajar dari
karakter wanita di game yang sempurna dan cantik itu. Aku, Phaza Alexander
hanya tertarik pada cewek di games. kenyataan, menurutku hanyalah game
menyebalkan.
"Kak,
kau tidak pulang?" tanya seseorang dari balik pintu kelas. "tentu
saja pulang. Tunggu" jawabku agak lama, karena saat itu aku masih membalas
e-mail dari teman-teman sesama pemain game. Tadi itu adalah adikku, kelas XB
namanya Joice. Hobinya tak jauh beda dariku, yaitu bermain game. Hanya saja dia
juga menyukai olahraga tapi aku tidak. Bahkan saat itu, aku pernah pingsan
karena harus lari mengitari lapangan 10 kali, baru 1 putaran saja aku sudah
payah. Memalukan.
***
Malam
hari sekitar pukul 8 malam, seusai makan malam aku langsung masuk kamar. Memainkan
gameku, kebetulan tadi aku sempat membeli video game baru. Tiba-tiba, adikku
langsung merebahkan dirinya dikasurku sambil membawa kira-kira 10 komik. “Kak,
apa asyiknya main game kayak gitu?” Ucapnya tiba-tiba “Mendingan kakak pacaran
tuh, nge-date sama kak Elsie. Bukannya kakak suka sama dia?”
“Sok tahu kamu, Joice. Kamu sendiri tahukan dia cewek macam apa? Sama sekali bukan tipeku, belum lagi dia juga cewek yang menyebalkan.” Belaku.
“Bukannya
dari dulu kakak selalu bertengkar dengan dia?”
“memangnya
bertengkar itu tanda saling suka apa?” jawabku sambil tetap memainkan game.
“hah, lihat
saja. Suatu hari nanti, kakak pasti akan menyukai dia. Dan tentunya.... jadian.
Hahahahaha”
“tidak
mungkin, diamlah. Aku belum sampai di lifepoint”
***
Hari ini
jam pulang sekolah, aku dan adikku berjalan melewati lapangan. Disana kami
melihat Elsie dkk sedang berlatih. “Kak, apa sih yang membuat kakak tidak
menyukai dia? Bukankah lebih baik kenyataan daripada game” ucap adikku membuka
topik pembicaraan. “dasar anak kecil, kau masih belum tahu ya?. Jangan pernah
samakan gadis-gadis cantik dalam game
dengan dunia nyata. Itu adalah penghinaan bagi game.” Belaku.
“lalu,
apa bagusnya?”
“apa kau
tidak sadar? Mereka itu latihan tapi tidak serius. Harusnya saat mereka latihan
dan menyebut diri mereka tim pelari mereka mengikat rambut mereka. Tapi coba
lihat? Tidak ada satupin yang mengikat rambut mereka, padahal itu adalah hal
yang meyakinkanku.”
Adikku mencoba mencerna kata-kataku. Sulit mungkin bagi
dia yang bukan gamer sepertiku.
“ahhhh!”
adikku tiba-tiba berteriak dan kaget. Coba lihat, Kak Elsie mengikat rambutnya.
Kurang apa lagi?”
“i..i..itu
kebetulan bodoh!” Aku jadi kesal pada adikku, “ayo pulang.” Ucapku agak kasar.
***
Aneh,
dia terlihat sangat cantik walau hanya mengikat rambutnya. Sejak awal aku
memang sering memperhatikannya, tapi bukan karena aku suka dia. Aku tidak suka,
yang aku suka hanya game. Game dan hanya game. Tapi.. ahhhh apa ini? Dalam
kasus game yang aku tahu ini berarti tokoh tersebut sedang dilanda cinta. Tidak.
Aku tidak mau menghianati game-gameku. Tapi, perasaan bodoh ini rasanya semakin
menggila. Tunggu dulu, lalu bagaimana ini. Bahkan sebelumnya aku sama sekali
tidak pernah berkata sepatah katapun pada seorang gadis. Lalu, bagaimana bisa
aku menyampaikan hal ini pada cewek menyebalkan itu. Otakku rasanya sangat
berat. Aku berusah mencari jawaban dan akhirnya satu yang terlintas dalam
pikiranku, Joibe. Dia sudah memiliki pacar dan pasti lebih berpengalaman dalam
dunia nyata. Baiklah. Aku pun memantapkan diriku. Aku mendeklarasikan hal ini
baik-baik kedalam otakku. Aku menyukai wanita cerewet dan menyebalkan itu. Bagaimana
tidak, selama setahun lebih dengan dia, dia telah membuat hariku berbeda.
“kak....” panggil adikku.
“ada apa?”
“game over tuh?” tunjuk adikku pada monitor.
“ahhh kehancuran...... baahaaayaa.” Teriakku frustasi.
“ahhh kehancuran...... baahaaayaa.” Teriakku frustasi.
Nampaknya adikku dapat
membaca gelagatku yang aneh selama seminggu ini. Akhirnya aku pun membuka diri
dan menceritakan perihal masalahku padanya.
“Lalu bagaimana?”
“Mari kita buat spanduk untuk mendukung kak Elsie, kak?”
ajak adikku. “setuju” jawabku. Cerdas juga adikku. Tapi tentunya aku lebih
cerdas. Hehehe
***
Keesokan
harinya aku dan Joice melaksanakan misi pertama kami. Memasang spanduk untuk
menyemangati Elsie.
“El-sie
se-ma-ngat! Ka-mu pas-ti bi-sa” Eja seseorang. “Hey Elsie, coba lihat itu”
sambungnya lagi sambil menunjuk kearah utara lapangan. Ini dia yang kutunggu-tunggu.
Aku ingin tahu bagaimana reaksi Elsie saat melihat ini. Dan.. inilah hasilnya. Tuuuiiiinggggg...
Brukkkk. aku terpental jauh dari lapangan karena tendangan harimau dari Elsie
dan terjatuh di lapangan tanah yang kasar.
“Ugh,
kenapa aku diperlakukan seperti ini?” ucapku dengan setengah nyawa melayang
diudara.
“Bodoh,
untuk apa kau memasang spanduk memalukan seperti ini hah?” bentak Elsie dengan
berkaca pinggang.
“aku
menyemangatimu karena kompetisi hampir dekat” jawabku memelas. Saat itu juga
aku merasakan hawa pembunuh di dekatku. Hal itu membuat bulu kudukku merinding
tentunya. Hmmm, benar juga firasatku. Elsie yang marah langsung mencekik
leherku dengan handuknya. Matanya menjadi kebiru-biruhan dan mengeluarkan
kilat, seperti karakter Dark Knight game di Lost saga. Menyeramkan.
“Apa ini pembalasan darimu
karena aku menyuruhmu mengerjakan tugas piket sendirian.”
Ugh, aku tidak dapat menjawab. Raut wajahku langsung
merah. Aku nyaris mati karena tidak bisa bernapas. Setelah puas, Elsie langsung
meninggalkanku. Tentunya masih dengan menggerutu tak jelas. Aku sendiri masih
terkapar di tanah. Ahh rasanya iblis dari neraka sudah tidak ada lagi. Lega. Tapi
tetap saja badanku sakit semua.
“Kak,
apakah kau masih hidup? Kak, kakak sadar!”
“Tenang
masih ada nyawaku yang tersisa.”
“Bagaimana
ini, dia nampaknya marah.”
“Tidak. Mulai
sekarang aku harus menambah waktu pertemuan kami. Seperti dalam game, kekuatan
sebuah hubungan sebanding dengan jumlah pertemuan. Oleh karena itu setelah
membuat pertemuan pertama, aku harus terus menyirami bunga sehingga bunga itu
dapat mekar dan disanalah cinta akan bermekaran.” Jelasku panjang lebar.
“Ehh,
baiklah.” Jawab adikku.
Begitulah
usahaku setiap harinya. Memasang spanduk untuk mendukung Elsie. Namun tanggapan
darinya tetap. Hari kedua response gadis itu “Hei kenapa kau disini! Berhenti
memasang spanduk itu.” Hari ketiga “Idiot! Hentikan hal memalukan itu.” Hari
keempat “cuek saja. Anggap tidak ada apa-apa.”
***
Arghh! Susah
sekali. Kenyataan ini seperti game level tersulit dari semua game yang sulit. Anggap
saja game ini adalah level khusus untuk dewa, sebuah cobaan yang paling sulit. Bahkan
dapat membuat dewa itu kehilangan kekuatannya. Kenapa
sih? Padahal dalam game, aku bisa mengendalikan semua pemain. Mengatur
bagaimana awal dan akhir dari game yang aku mainkan. Tapi disini. Semua teori
game yang aku miliki kadang meleset.
“Kak, bagaimana
ini? Sepertinya Elsie makin membencimu tuh.”
“kau
tidak perlu pikir kan itu. Tenang saja” ucapku santai. Tapi sebenarnya aku
bingung. Bahkan peluang dia membenciku 95%. Ahhhh.. menyebalkan. Bagaimana ini.
Tidak ada menyimpan, tidak bisa me-loading, tidak bisa nge-cheat.
“Hey
junior!” suara itu langsung mengagetkanku, meski itu bukan panggilan untukku. Padahal
aku tahu dilapangan ini memang banyak anak-anak klub yang latihan untuk
kompetisi yang tinggal dua hari lagi.
“Eh
senior. Se.. selamat sore” sapa Elsie
“Apa kah
tahu apa kedudukanmu disini? Kau hanya junior.” Kata seorang senoir. Kedua
teman yang saat itu bersamanya juga menatap Elsie dengan tatapan yang tidak
mengenakkan.
“Baikklah lalu apa yang senior inginkan? Kita tidak ada waktu lagi untuk latihan. Kita tidak boleh membuang waktu sia-sia.” Jawab Elsie penuh semangat.
“Baikklah lalu apa yang senior inginkan? Kita tidak ada waktu lagi untuk latihan. Kita tidak boleh membuang waktu sia-sia.” Jawab Elsie penuh semangat.
“kami
hanya mengingatkan kau saja. Kami ini senior. Kamilah yang harus menjadi juara
dikompetisi ini”
“Senior boleh memberiku
hukuman, tappi tolong jangan membuang-buang waktu”
“Lari 10
putaran!” suruh seorang senior.
Disana aku melihat hal lain dari Elsie. Ternyata meski
cerewet dia sangat menghargai waktu. Joice juga sempat bercakap denganku,
katanya mereka adalah senior yang mengerikan. Haha dasar. Itu tidak ada
urusannya denganku. Aku tidak peduli.
***
Hari ini adalah H-1 kompetisi. Nampaknya anak klub makin
giat berlatih. Hari ini aku membawa parcel buah-buahan untuk Elsie. Dan aku uga
menyiapkan satu kejutan lainnya.
“Elsie, coba lihat keatas!” sahut seorang teman Elsie.
Dilangit kumpulan
balon-balon warna merah bertebangan dilangit sambil membawa spanduk bertuliskan
“ I Love U Elsie”. Haha itu trikku dengan Joice. Nampaknya trik ini mulai
berjalan lancar. Dia nampak tersipu malu. Tapi tetap saja dia cerewet. Hahaahha
dasar. Akhirnya pun mereka memulai latihan. Tapi ada yang aneh hari ini. Dia
tidak mengikat rambutnya seperti biasa. Sudahlah tak perlu dipikirkan. Aku dan
Joice lalu duduk-duduk dipinggri lapangan sambil membicarakan game Atlantica
yang sedang kami mainkan saat ini. Setelah itu kami juga membahas Lost Saga dan
beberapa game lainnya.
Disela-sela
kami berbincang kami mendengar suara ribut dari arah klub pelari. Kami segera
berlari kesana. Kami melihat Elsie terjatuh. Dia menabrak rintangan. Beberapa
senior dan teman-teman sempat bercakap. Sempat ku dengar mereka membicarakan
hal aneh. Jarak rintangan satu dengan yang lain makin mendekat, sepertinya ada
seseorang yang memindahkannya. Tak lama kemudian Elsie segera digotong ke UKS. Kakinya
dibalut perban. Dia keseleo.
“Sayang
sekali kak. Padahal besok sudah perlombaannya. Kenapa hal ini terjadi ya?
Kasihan seklai Elsie.” Ucap Joice. Haahh aku juga bingung. Aku mulai berpikir. Terluka,
senoir, rintangan. Ahh. Aku tahu. Aku dapat melihat akhirnya!
“Aku
akan menembaknya sekarang.”
“Hah? Apa
mungkin pada saat seperti ini?”
“Tenang
saja. Aku sudah pernah melihat skenario seperti ini. Kita telah selesai 90%. Lihat
saja kita pasti berhasil.
***
Dihalaman
sekolah, aku memandangi bulan purnama yang bersinar terang. Ditengah
keasyikkanku itu aku seolah-olah melihat wajah gadis cerewet itu di bulan
purnama. “OTAMEGANE!!!!!” suara itu. Bukankah itu suara Elsie. Dia berjalan
menggunakan tongkat sambil mebawa parcel buah yang aku siapkan tadi siang. Raut
mukanya tampak marah. Kemudian, dia melempari aku dengan buah apel. Untung aku
berhasil menangkap buah-buah itu.
“Bodoh. Apa
maksudmu dengan parcel ini hah?!”
“Aku
bermaksud menyemangatimu untuk pertandingan besok.
“Kau
bodoh ya, apa kau tidak melihat kakiku!”
“Kau
tidak perlu membohongi dirimu. Kau yang biasanya berlari dengan kecepatan
tinggi, tapi hari ini kau mengurangi kecepatanmu”
“A.. a.. apa maksudmu? Bagaimana
kau bisa mengetahui hal itu?”
“Kau tidak mengikat
rambutmu tidak seperti biasanya. Dari awal kau memang merencanakan hal ini
bukan? Aku tahu bahwa sebenarnya kau yang memindahkan rintangan itu.”
Mendengar ucapanku barusan, Elsie mulai
menitikkan air mata.sambil menganis dia berkata bahwa dia melakukan ini demi
senior. Dia nampaknya menyerah. “Meski aku sudah berusaha keras, kecepatanku
tidak pernah bertambah. Itu menyakitkan tahu!”
Ahh sial. Ini kali
pertama aku melihatnyanya mengangis. Entah mengapa, dia menjadi lebih feminim
saat ini. Elsie lalu mengambil secarik kertas yang ada didalam parcel. Disana
dia juag melihat sepasang sepatu berwarna merah. Tangisannya mulai reda.
“Sepatu ini?”
“itu untukmu. Aku
membelinya karena besok adalah harimu. Tunjukkan bahwa kau bisa. Tapi..” aku
menghentikan ucapanku dan membuka kacamataku. “Jangan bersedih lagi’ kau sudah
berusaha cukup keras. Itu sudah bagus. Yang terperting.... kau adalah gadis
nomor satu dihatiku” ucapku sambil tersenyum. Ahh aku tidak sadar, tahu-tahu
saja aku mengucapkan kata itu.
“Bodoh. Dasar OTAMEGANE
bodoh.!” Bentak Elsie. Namun dia tersenyum. Dia berlari menuju aku, tongkatnya
terlempar dia berlari tanpa tongkat itu.
Dia.. berlari dan jatuh kedalam pelukanku. “Bodoh. Kau itu bodoh.” Elsie tetap
memelukku dan tersenyum.
“Baiklah, aku bodoh. Ayo
pulang, aku akan mengantarmu. Besok kau harus berjuang.” Ucapku sambil mengelus
rambutnya.
“Lalu, Joice?”
“Ahhh.. biar saja. Dia
bisa pulang sendiri”
***
Kompetisi
hari ini dimulai. Elsie nampaknya sangat bersemangat. Aku dapat melihatnya dari
kaca jendela kelas. Hasil pertandingan memang tidak sia-sia. Dia berhasil
meraih juara pertama dalam kompetisi ini.
“waaaaaaaaa~
Selamat ya Elsie atas kemenanganmu.” Sahut teman-teman sekelas.
“Haahahaha,
iya terimakasih kawan-kawan” ucap Elsie.
Saat itu aku memang tidak sedang berkumpul dengan
anak-anak yang memberi semangat pada Elsie. Aku masih sibuk memainkan PSPku. Tidak
lama setelah itu Elsie berjalan menuju
bangkuku.
“Selamat
atas kemenanganmu” ucapku datar.
“Hehehehe,
terimakasih”
“Tapi,
payah sekali. Ini baru pertama kalinya kau memperoleh kemenangan. Contoh aku.
Aku berhasil menaklukkan 13.753 game saat ini.” Jawabku. Aku mencoba
menyombongkan diriku sedikit. Hahah.. ehhhh,, aura apa ini? Menakutkan sekali..
ini.. Sepertinya aku tapu ini apa.
“OTAMEGANEEEEE!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
bentak Elsie sambil menghantamkan tangannya ke arah meja. “Apa maksudmu
menyombongkan hal seperti itu hah? Itu hanya game bodoh!”
“Game
ini lebih baik dari pada kau. Tidak cerewet dan berisik sepertimu.” Ahhh aura
apa ini? Ini aura Dark Knignt itu lagi. Elsie langsung merebut PSPku dan
membantingnya.
“Arrrghhh tidak PSPku.”
“hahhh.. bagaimana bisa
aku berpacaran dengan orang sepertimu!”
“Salahmu mau denganku!”
Hahaha, beginilah akir kisahku. Sama saja tidak banyak
yang berubah. Namun, kali ini aku mulai menyadari. Bahwa kenyataan lebih indah
dibanding game. Sekarang ini, aku sudah memiliki gadis cerewet yang setia
menemaniku. Mungkin saja kisah ini akan terus bertahan, bahkan hingga kami
tidak dapat menikmati indahnya dunia ini. Hahahha.
*tamat*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
comment is allowed for everyone. no one prohibited to do so. but keep it cool and polite.